Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering dialami anak-anak, terutama di usia balita. Kondisi ini ditandai dengan buang air besar (BAB) yang lebih sering dari biasanya, dengan tinja yang encer atau berair. Pada sebagian besar kasus, diare dapat sembuh dengan sendirinya, namun pada anak-anak, diare dapat menjadi masalah serius jika tidak ditangani dengan tepat karena berisiko menyebabkan dehidrasi.

Menurut data dari World Health Organization (WHO), diare menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami penyebab diare, gejala yang harus diwaspadai, serta langkah pengobatan yang benar untuk mencegah komplikasi yang berbahaya.
Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang penyebab penyakit diare pada anak, cara pencegahan, hingga penanganan yang tepat.
Apa Itu Diare pada Anak?
Diare adalah kondisi ketika anak mengalami peningkatan frekuensi buang air besar, biasanya lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dengan konsistensi feses yang lebih encer atau berair. Pada anak-anak, diare dapat disertai dengan gejala lain seperti:
- Perut kembung dan kram.
- Mual dan muntah.
- Demam.
- Kehilangan nafsu makan.
- Tanda dehidrasi seperti bibir kering, mata cekung, dan badan lemas.
Diare dapat bersifat akut (berlangsung kurang dari dua minggu) atau kronis (berlangsung lebih dari dua minggu), tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya.
Penyebab Diare pada Anak
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan diare pada anak, baik yang bersifat infeksius maupun non-infeksius. Berikut penjelasannya:
1. Infeksi Virus
Penyebab paling umum diare pada anak adalah infeksi virus. Salah satu virus yang sering menyebabkan diare adalah Rotavirus, yang mudah menular terutama di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
- Gejala yang ditimbulkan biasanya berupa diare berair, muntah, demam, dan kelelahan.
- Rotavirus sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Vaksinasi rotavirus sangat dianjurkan untuk mencegah diare berat yang disebabkan oleh virus ini.
2. Infeksi Bakteri
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan diare pada anak antara lain:
- Escherichia coli (E. coli)
- Salmonella
- Shigella
- Campylobacter
Infeksi bakteri biasanya berasal dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejalanya sering kali lebih parah dibandingkan infeksi virus, dengan ciri-ciri seperti:
- Diare yang disertai lendir atau darah.
- Demam tinggi.
- Nyeri perut hebat.
- Muntah yang terus-menerus.
Jika anak mengalami diare berdarah, ini merupakan tanda darurat yang membutuhkan penanganan medis segera.
Baca Juga: Bagaimana Lingkungan Mempengaruhi Risiko Cacingan?
3. Infeksi Parasit
Parasit seperti Giardia lamblia atau Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan diare, terutama pada anak yang sering bermain di luar ruangan dan terpapar air yang kotor.
Gejalanya antara lain:
- Diare berulang yang berlangsung lama.
- Perut kembung.
- Penurunan berat badan karena gangguan penyerapan nutrisi.
4. Alergi atau Intoleransi Makanan
Beberapa anak memiliki alergi atau intoleransi terhadap jenis makanan tertentu, seperti:
- Laktosa, yang terdapat pada susu sapi dan produk olahannya.
- Gluten, pada anak dengan penyakit celiac.
- Protein tertentu seperti kacang-kacangan.
Ketika tubuh tidak dapat mencerna zat tersebut, akan timbul gejala seperti diare, perut kembung, dan ruam kulit.
5. Penggunaan Antibiotik
Antibiotik yang diberikan untuk mengobati infeksi lain dapat membunuh bakteri baik di usus, sehingga keseimbangan flora usus terganggu dan menyebabkan diare.
- Jenis diare ini biasanya bersifat sementara dan akan membaik setelah penggunaan antibiotik dihentikan.
- Pemberian probiotik dapat membantu mengembalikan keseimbangan bakteri baik di usus.
6. Faktor Lingkungan dan Kebersihan
Lingkungan yang kurang bersih, air yang terkontaminasi, serta kebiasaan cuci tangan yang buruk juga dapat meningkatkan risiko diare pada anak.
- Anak-anak yang sering bermain di luar dan memasukkan tangan ke mulut lebih rentan terpapar kuman penyebab diare.
Dampak Diare pada Anak
Diare pada anak tidak hanya membuat mereka merasa tidak nyaman, tetapi juga dapat menyebabkan masalah serius jika tidak ditangani.
Beberapa dampak yang dapat terjadi antara lain:
- Dehidrasi
- Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar dapat menyebabkan dehidrasi, yang berpotensi membahayakan nyawa.
- Gejala dehidrasi: mulut kering, mata cekung, tidak keluar air mata saat menangis, jarang buang air kecil, dan lemas.
- Gangguan Pertumbuhan
- Diare yang sering atau kronis dapat mengganggu penyerapan nutrisi sehingga anak mengalami gangguan pertumbuhan atau berat badan turun.
- Komplikasi Berat
- Jika tidak segera diobati, diare dapat menyebabkan kejang, kerusakan organ, hingga kematian, terutama pada bayi dan balita.
Langkah Pengobatan Diare pada Anak
Penanganan diare pada anak harus dilakukan secara tepat untuk mencegah dehidrasi dan komplikasi lainnya. Berikut adalah langkah-langkah pengobatan yang dapat dilakukan:
1. Mengatasi Dehidrasi dengan Oralit
Memberikan oralit adalah langkah utama dalam mengatasi diare.
- Oralit membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.
- Dapat diberikan setiap kali anak buang air besar, dengan dosis sesuai anjuran dokter atau petunjuk pada kemasan.
Jika tidak tersedia oralit, orang tua dapat membuat larutan sederhana dari air, gula, dan garam.
2. Memberikan Cairan yang Cukup
Selain oralit, pastikan anak mengonsumsi cairan lain seperti air putih, air kaldu, atau jus buah yang encer.
- Untuk bayi, tetap berikan ASI karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang membantu melawan infeksi.
3. Pemberian Obat
- Zinc:
WHO merekomendasikan pemberian suplemen zinc selama 10–14 hari untuk mempercepat penyembuhan diare dan mencegah kekambuhan. - Antibiotik:
Hanya diberikan jika diare disebabkan oleh infeksi bakteri, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter. - Probiotik:
Membantu memulihkan keseimbangan bakteri baik dalam usus. - Obat Antidiare:
Tidak dianjurkan diberikan kepada anak-anak tanpa pengawasan dokter karena dapat memperburuk kondisi.
4. Memberikan Makanan yang Tepat
- Berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur, pisang, kentang rebus, dan nasi.
- Hindari makanan berlemak, pedas, dan minuman bersoda.
- Pada bayi, tetap berikan ASI secara eksklusif.
5. Segera ke Dokter Jika Gejala Memburuk
Bawa anak ke fasilitas kesehatan jika diare disertai dengan:
- Darah atau lendir pada tinja.
- Demam tinggi yang tidak turun.
- Muntah terus-menerus.
- Tanda dehidrasi yang semakin parah.
Pencegahan Diare pada Anak
Mencegah diare lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Vaksinasi Rotavirus
Vaksin ini sangat efektif mencegah diare berat yang disebabkan oleh infeksi rotavirus. - Menerapkan Pola Hidup Bersih
- Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah dari toilet.
- Pastikan peralatan makan anak selalu bersih.
- Konsumsi Air Bersih
- Pastikan air minum yang diberikan kepada anak sudah dimasak hingga mendidih.
- Pemberian ASI Eksklusif
ASI dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi dan melindunginya dari infeksi. - Memperhatikan Kebersihan Makanan
- Hindari memberikan makanan yang sudah basi atau tidak ditutup rapat.
- Pastikan makanan diolah dengan benar dan matang sempurna.
Kesimpulan
Diare pada anak merupakan kondisi yang umum terjadi, tetapi tidak boleh dianggap sepele. Penyebab diare dapat berasal dari infeksi virus, bakteri, parasit, hingga alergi makanan dan penggunaan antibiotik.
Penanganan utama yang harus dilakukan adalah mencegah dehidrasi dengan memberikan oralit dan cairan yang cukup, serta menjaga pola makan yang tepat. Jika diperlukan, dokter dapat meresepkan obat seperti zinc, probiotik, atau antibiotik sesuai penyebabnya.
Pencegahan melalui vaksinasi rotavirus, kebersihan lingkungan, dan pemberian ASI eksklusif juga sangat penting untuk melindungi anak dari risiko diare. Dengan pemahaman yang baik tentang penyebab dan pengobatan diare, orang tua dapat memberikan penanganan yang tepat sehingga anak dapat pulih lebih cepat dan terhindar dari komplikasi berbahaya.
Dengan langkah yang tepat, kesehatan anak dapat terjaga, dan risiko diare dapat diminimalkan untuk masa depan yang lebih sehat.
